MAKALAH
HAKEKAT MATERI
DAN MEDIA DALAM DAKWAH
Disusun
untuk memenuhi tugas mata kuliah :
Filsafat
Dakwah
Dosen Pembimbing:
Drs. H.
Abdul Kholiq Sofia
Oleh:
Budiman
KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS DAKWAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM SUNAN DRAJAT
(STAIDRA)
Kranji Paciran Lamongan
2012
BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Materi dakwah merupakan komponen dakwah sekaligus satu
diantara jari cahaya hikamah.Da’I dituntut untuk memilah dan memilih materi
secara hikmah agar dakwahnya berhasil dengan baik. Pemilahan materi yang hikmah
akan enak didengar, mudah dimengerti dan dipatuhi oleh objek.
Materi
dakwah adalah isi pesan atau materi pesan yang disampaikan da’i kepada
mad’u.dalam hal ini sudah jelas bahwa yang menjadi maddah dakwah adalah ajaran
Islam itu sendiri.
Wasilah
dakwah adalah alat yang digunakan untuk menyampaikan materi dakwah kepada
mad’u.untuk menyampaikan ajaran Islam kepada umat, dakwah dapat menggunakan
berbagai wasilah. Dengan demikian media dakwah adalah alat segala sesuatu
yang dapat dipergunakan sebagai alat untuk mencapai tujuan dakwah yang telah
ditentukan.Media dakwah ini dapat berupa barang, orang, tempat, kondisi
tertentu dan sebagainya.
B.
RUMUSAN MASALAH
1.
Apa materi dakwah dan
sistematikanya ?
2.
Apa pengertian media dan
sistematikanya ?
3.
Apa hakikat materi dan media dakwah
?
4.
Apa peran penting media dakwah
?
C. TUJUAN
1.
Mengetahui materi dakwah dan
sistematikanya
2.
Mengetahui pengertian media dan
sistematikanya
3.
Mengetahui hakikat materi dan
media dakwah
4.
Mengetahui peran penting media
dakwah
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Materi
Dakwah Dan Sistematiknya
Materi
dakwah adalah isi pesan atau materi pesan yang disampaikan da’i kepada
mad’u.dalam hal ini sudah jelas bahwa yang menjadi maddah dakwah adalah ajaran
Islam itu sendiri.
Secara
umum materi dakwah dapat diklasifikasikan menjadi empat masalah pokok, yaitu:
1. Masalah Akidah (keimanan)
Masalah
pokok yang menjadi materi dakwah adalah akidah Islamiyah. Aspek akidah ini yang
akan membentuk moral (akhlak) manusia. Aqidah dalam Islam adalah bersifat
I’tiqad bathiniyah yang mencakup masalah-masalah yang erat hubungannya dengan
rukun iamn. Di bidang akidah ini bukan saja pembahasannya tertuju pada
maslah-masalah yang wajib diimani, akan tetapi materi dakwah meliputi juga
masalah-masalah yang dilarang sebagai lawannya, misalnya syirik, ingkar dengan
adanya Allah SWT dan sebagainya.
Oleh
karena itu, yang pertama kali dijadikan materi dalam dakwah Islam adalah
masalah akidah atau keimanan. Akidah yang menjadi materi utama dakwah ini
mempunyai ciri-ciri yang membedakannya dengan kepercayaan agama lain, yaitu:
v
Keterbukaan
melalui persaksian (syahadat)
v
Cakrawala
pandangan yang luas dengan memperkenalkan bahwa Allah adalah tuhan semesta
alam, bukan tuhan kelompok atau bangsa tertentu.
v
Ketahanan
antara iman dan Islam atau antara iman dengan amal perbuatan.
Keyakinan
demikian yang oleh Al-Quran disebut dengan iman.Iman merupakan esensi dalam
ajaran Islam.Iman juga erat kaitannya antara akal dan wahyu. Orang yang
memiliki iman yang benar itu akan cenderung untuk berbuat baik, karena ia
mengetahui bahwa perbuatannya itu adalah baik dan akan menjauhi perbuatan
jahat, karena dia tahu perbuatan jahat itu akan berkonsekuensi pada hal-hal
yang buruk.
2. Masalah Syariah
Hukum
atau syariah sering disebut sebagai cermin peradaban dalam pengertian bahwa
ketika ia tumbuh matang dan sempurna, maka peradaban mencerminkan dirinya dalam
hukum-hukumnya. Pelaksanaan syariah merupakan sumber yang melahirkan peradaban
Islam, yang melestarikan dan melindunginya dalam sejarah.
Syariah
dalam Islam adalah berhubungan erat dengan amal lahir dalam rangka mentaati
semua perbuatan atau hokum Allah guna mengatur hubungan antara manusia dengan
tuhannya dan mengatur pergaulan hidup antara sesame manusia.
Materi
dakwah yang bersifat syariah ini sangat luas dan mengikat seluruh umat Islam.Ia
merupakan jantung yang tidak terpisahkan dari kehidupan umat Islam di berbagai
penjuru dunia, dan sekaligus merupakan hal yang patut dibanggakan. Kelebihan
dari materi syariah Islam antara lain, adalah bahwa ia tidak dimiliki oleh
umat-umat yang lain. Syariah ini bersifat universal, yang menjelaskan hak-hak
umat muslim dan non-muslim, bahkan hak seluruh umat manusia. Dengan adanya
materi syariah ini, maka tatanan system dunia akan teratur dan sempurna.
Materi
dakwah yang menyajikan unsur syariat harus dapat menggambarkan atau memberikan
informasi yang jelas dibidang hukum dalam bentuk status hukum yang bersifat
wajib, mubbah, dianjurka, makruh, dan haram.
3. Masalah Mu’amalah
Islam
merupakan agama yang menekankan urusan mua’malah lebih besar porsinya daripada
urusan ibadah.Islam lebih banyak memerhatikan aspek kehidupan social daripada
aspek kehidupan ritual.Islam adalah agama yang menjadikan seluruh bumi ini masjid,
tempat mengabdi kepada Allah.Ibadah dalam mua’malah disini diartikan sebagai
ibadah yang mencakup hubungan dengan Allah dalam rangka mengabdi kepada Allah
SWT.Cakupan aspek mua’malah jauh lebih luas daripada ibadah. Statement ini
dapat dipahami dengan alasan:
1.
Dalam
Al-Quran dan al-Hadis mencakup proporsi terbesar sumber hokum yang berkaitan
dengan urusan mua’malah
- Ibadah yang mengandung segi kemasyarakatan diberi ganjaran lebih besar daripada ibadah yang bersifat perorangan. Jika urusan ibadah dilakukan tidak sempurna atau batal, karena melanggar pantangan tertentu, maka kafarat-nya adalah melakukan sesuatu yang berhubungan dengan mua’malah. Sebaliknya, jika orang tidsk baik dalam urusan mua’malah, maka urusan ibadah tidak dapat menutupinya.
- Melakukan amal baik dalam bidang kemasyarakatan mendapat ganjaran lebih besar daripada ibadah sunnah.
- Masalah Akhlak
Secara
etomologis, kata akhlaq berasal dari bahasa Arab, jamak dari khuluqun yang
berarti budi pekerti, perangai dan tingkah laku atau tabiat.Kalimat-kalimat
tersebut memiliki segi-segi persamaan dengan perkataan khalqun yang berarti
kejadian, serta erat hubungannya dengan khaliq yang berarti pencipta, dan
makhluk yang berarti yang diciptakannya.
Sedangkan
secara terminologi, pembahasan akhlak berkaitan dengan masalah tabiat atau
kondisi temperature batin yang memengaruhi perilaku manusia. Ilmu akhlak bagi
Al-farabi, tidak lain dari bahasan tentang keutamaan-keutamaan yang dapat
menyampaikan manusia kepada tujuan hidupnya yang tertinggi, yaitu kebahagiaan,
dan tentang berbagai kejahatan atau kekurangan yang dapat merintangi usaha
pencapaian tujuan tersebut.
Maka
ajaran akhlak dalam Islam pada dasarnya meliputi kualitas perbuatan manusia
yang merupakan ekspresi dari kondisi kejiwaannya. Akhlak dalam Islam bukanlah
norma ideal yang tidak dapat diimplementasikan, dan bukan pula sekumpulan etika
yang terlepas dari kebaikan norma sejati. Dengan demikian, yang menjadi akhlak
dalam Islam adalah mengenai sifat dan criteria perbuatan manusia serta berbagai
kewajiban yang harus dipenuhinya.
Materi
akhlak ini diorientasikan untuk dapat menentukan baik dan buruk, akal, dan
kalbu berupaya untuk menemukan standar umum melalui kebiasaan masyarakat.Karena
ibadah dalam Islam sangat erat kaitannya dengan akhlak.Pemakaian akal dan
pembinaan akhlak mulia merupakan ajaran Islam.Ibadah dalam Al-quran selalu
dikaitkan dengan taqwa, berarti pelaksanaan perintah Allah SWT.Dan menjauhi
larangan-Nya. Perintah Allah SWT. Selalu berkaitan dengan perbuatan-perbuatan
baik sedangkan larangan-Nya senantiasa berkaitan dengan perbuatan-perbuatan
yang tidak baik.
Secara
garis besar, syariat Islam terpusat pada tiga kemaslahatan,
1. Menolak kerusakan demi memelihara
agama jiwa, akal, keturunan, kehormatan diri dan harta.
2. Mendatangkan berbagai kemaslahatan.
Al-quran adalah pembawa kemaslahatan dan penangkal kerusakan
3. Menerapkan akhlak mulia dan
mentradisikan kebaikan. Al-quran menawarkan pemecahan segala problema yang
tidak mampu diatasi manusia
B. Pengertian Media Dan Sistematiknya
Arti
istilah media bila dilihat dari asal katanya (etimologis), berasal dari bahasa
latin yaitu median, yang berarti alat perantara. Sedangkan kata media merupakan
jamak daripada kata median tersebut.Pengertian semantiknya media berarti segala
sesuatu yang dapat dijadikan sebagai alat (perantara) untuk mencapai suatu
tujuan tertentu.
Wasilah
dakwah adalah alat yang digunakan untuk menyampaikan materi dakwah kepada
mad’u.untuk menyampaikan ajaran Islam kepada umat, dakwah dapat menggunakan
berbagai wasilah. Dengan demikian media dakwah adalah alat segala sesuatu
yang dapat dipergunakan sebagai alat untuk mencapai tujuan dakwah yang telah
ditentukan.Media dakwah ini dapat berupa barang, orang, tempat, kondisi
tertentu dan sebagainya.
Hamzah
Ya’qub membagi wasilah dakwah menjadi lima macam, yaitu: lisan, tulisan,
lukisan, audiovisual, dan akhlak.
1. Lisan adalah media dakwah yang
paling sederhana yang menggunakan lisan dan suara, dakwah dengan media ini
dapat berbentuk pidato, ceramah, kuliah, bimbingan, penyuluhan, dan sebagainya.
2. Tulisan adalah media dakwah melalui
tulisan, buku, majalah, surat kabar, surat menyurat, spanduk, dan sebagainya.
3. Lukisan adalah media dakwah melalui
gambar, karikatur, dan sebagainya
4. Audiovisual adalah media dakwah yang
dapat merangsang indera pendengaran, penglihatan, atau kedua-duanya, seperti
televisi, film slide, OHP, internet, dan sebagainya
5. Akhlak adalah media dakwah melalui
perbuatan-perbuatan nyata yang mencerminkanajaran Islam yang secara langsung
dapat dilihat dan didengarkan oleh mad’u
C. Hakikat Materi Dan Media Dakwah
- Hakekat Pesan Dakwah
Materi
dakwah merupakan komponen dakwah sekaligus satu diantara jari cahaya
hikamah.Da’I dituntut untuk memilah dan memilih materi secara hikmah agar
dakwahnya berhasil dengan baik. Pemilahan materi yang hikmah akan enak
didengar, mudah dimengerti dan dipatuhi oleh objek.
Persoalannya
sekarang adalah apa dan bagaimana materi dakwah, secara filosofis ada tiga
kelompok besar materi dakwah dengan urutan sebagai berikut:
- Persoalan manusia
- Persoalan ad-dinul Islam
- Persoalan ibadah
Pesan
dakwah adalah Islam atau syariat sebagai kebenaran hakiki yang dating dari
Allah melalui malaikat Jibril kepada para nabi-Nya dan terakhir kepada Muhammad
SAW . Pesan dakwah ini diungkapkan dalam surat An-Nahl ayat 125 disebut dengan
sabili rabbika (jalan tuhanmu)
Al-Quran
menyebutkan term Islam sebanyak 28 kali dalam bentuk kata kerja dan dalam
bentuk kata sebanyak 110 kali, yang secara eksplisit dalam bentuk al-islam
sebanyak 6 kali. Kedamaian, keselamatan, kesejahteraan, ketundukan, dan tata
aturan hidup bagi manusia, yaitu sebuah nama bagi al-din. Sedangkan kata din
itu sendiri al-quran menyebut sebanyak 93 kali dalam 7 bentuk kata benda, dan
satu kali dalam bentuk kata kerja.
Sumber
utama ajaran Islam sebagai pesan dakwah adalah Al-Qur’an itu sendiri, yang
memiliki maksud spesifik, paling tidak terdapat sepuluh maksud pesan Al-Qur’an
sebagai sumber utama Islam, yaitu :
- Menjelaskan hakekat tiga rukun agama Islam, yaitu Iman,Islam, dan Ihsan.
- Menjelaskan segala sesuatu yang belum diketahui oleh manusia tentang hakekat kenabian, risalah, dan tugas para Rasul Allah.
- Menyempurnakan aspek psikologis manusia secara individu, kelompok, dan masyarakat.
- Mereformasi kehidupan social kemasyarakatan dan social politik diatas nilai keagamaan.
- Mengokohkan keistimewaan universalitas ajaran Islam dalam pembentukan kepribadian melalui kewajiban dan larangan.
- Menjelaskan hokum Islam tentang kehidupan politik Negara.
- Membimbing penggunaan urusan harta.
- Mereformasi system peperangan guna mewujudkan dan kemashalahatan manusia.
- Menjamin dan memberikan kedudukan yang layak bagi hak-hak kemanusiaan wanita dalam beragama dan berbudaya.
- Membebaskan perbudakan.
Al-Qur’an
menjelaskan Islam sebagai pesan dakwah memiliki karakteristik unik dan selalu
masa kini, yaitu:
- Islam sebagai agama fitrah (Qs. Ar-Ruum ayat 30)
- Islam sebagai agama rasional dan pemikiran (Qs. Al-Baqarah ayat 164, Ali-Imran ayat 191, dan Ar-Ruum ayat 30).
- Islam sebagai agama ilmiah, hikmah, dan fikriyah. (Qs Al- Baqarah ayat 266, Al-An’am ayat 25,35,98).
- Islam sebagai agama argumentative (hujjah) dan demonsratif (burhan) (Qs. An-Nisa ayat 172)
- Islam sebagai agama hati (qalb), kesadaran (wijdan), dan numi (dhamir) (Qs. Qaaf ayat 37)
- Islam sebagai agama kebebasan (husriyah) dan kemerdekaan (istiqlal) (Qs. Al-Baqarah ayat 170,256)
- Islam juga sebagai agama kedamaian dan kasih saying bagi seluruh alam (rahmatan al-alamin)
Murtadha
Munthahari (1991) mengemukan karakteristik filosofis pandangan dunia Islam
sebagai pesan dakwah yang dirumuskan pada proposisi-proposisi sebagai berikut:
- Alam semesta ini memiliki sifat ilahiyah (divine nature);
- Alam semesta yang realitasnya tergantung pada-Nya, dan yang diciptakan dalam zat-Nya juga diciptakan dalam artian temporal
- Apapun yang nyata didunia ini, adalah tingkatan yang lebih rendah dari realitas yang termasuk dalam dunia lain yang disebut alam ghaib;
- Alam semesta mempunyai tabiat kembali kepada-Nya
- Alam semesta adalah suatu system sebab-akibat yang tetap;
- System sebab-akibat tidak terbatas pada sebab dan akibat yang bersifat pada psikologis saja
- Terdapat serangkaian tradisi (sunnah) dan hokum-hukum yang kokoh yang mengatur dunia dan esensial bagi system sebab dan akibat di alam semesta
- Alam semesta adalah suatu realitas yang terbimbing dan perkembangan, alam semesta adalah perkembangan yang terbimbing
- Dunia mengandung kebaikan dan kejahatan, keserasian, dan ketidakserasian, kemurahan dan kekikiran, cahaya dan kegelapan, gerakan dan diam; tetapi kebaikan, keserasian, kemurahan hati, cahaya dan gerakan mempunyai eksistensi yang asli, sementara kejahatan kontradiksi, kekikiran, kegelapan dan diam, mempunyai eksistensi yang bersifat parsitis dan sub-ordinate. Namun eksistensi yang parasitis dan subordinate itu memainkan peranan yang sangat penting dalam menciptakan kebaikan keserasian, kemurahan hati, cahaya, gerakan dan perkembangan.
- Karena alam semesta merupakan kesatuan alam hidup, artinya karena alam semesta diatur oleh kekuatan-kekuatan yang cerdas (Qs. An-Naziat:5) maka ia adalah alam semesta aksi dan reaksi.
- Sesudah kehidupan yang sekarang ini manusia akan mengalami kehidupan abadi dimana manusia akan diberi pahala atau hukuman sebagai hasil dari awal perbuatannya dalam kehidupan yang sekarang ini.
- Ruh manusia adalah kenyataan yang abadi
- Prinsif dasar dan dasar-dasar kehidupan , yakni prinsif-prinsif kehidupan moral dan manusiawi adalah abadi dan tetap
- Kebenaran juga adalah abadi
- Alam semesta, bumi dan langit dibangun dengan adil (Qs. Al-Ahqaf: 3)
- Kehendak ilahi menggariskan kemenangannya kemenangan akhir kebenaran atas kebatilan (Qs. Shaf: 171-173)
- Manusia diciptakan sederajat dan tak seorang pun mempunyai hak istimewa atas orang lain, karena rupa kejadiannya.
D. Peran Penting Media Dakwah
Dalam
arti sempit media dakwah dapat diartikan sebagai alat bantu dakwah, atau yang
popular didalam proses belajar mengajar disebut dengan istilah alat peraga.
Alat bantu berarti media dakwah memiliki peranan atau kedudukan sebagai
penunjang tercapainya tujuan. Artinya proses dakwah tanpa adanya media masih
dapat mencapai tujuan yang semaksimal mungkin.
Sebenarnya
media dakwah ini bukan saja berperan sebagai alat Bantu dakwah, namun bila
ditinjau dakwah sebagai suatu system, yang mana system ini terdiri dari
beberapa komponen yang komponen satu dengan lainnya saling terkait mengait,
Bantu membantu dalam mencapai tujuan. Maka dalam hal ini media dakwah mempunyai
peranan dan kedudukan yang sama disbanding dengan komponen yang lain, seperti
metode dakwah, objek dakwah yang memliki azaz efektifitas dan efisiensi, peranan
media dakwah menjadi tampak jelas peranannya.
Hakekat
dakwah adalah mempengaruhi dan mengajak manusia untuk mengikuti idiologi
pengajaknya.Sedangkan pengajak sudah barang tentu memiliki tujuan yang hendak
dicapainya. Proses dakwah tersebut agar mencapai tujuan yang efektif dan
efisien, da’I harus mengorganisir komponen-komponen dakwah secara baik dan
tepat. Salah satu komponen adalah media dakwah.
Proses
untuk mengajak seseorang ataupun komunitas menuju arahan perilaku yang lebih
baik dan menjauhi keburukan tentu saja tidak semudah membalik telapak tangan.
Semuanya harus melalui proses yang terencana dan terkonsep dengan baik.
Disamping itu dibutuhkan pula media-media yang dapat membuat kegiatan dakwah
menjadi lebih efektif dan efisien.Menyadari arti penting penggunaan media
tersebut, sejak jaman dahulu para da’i telah mamanfaatkannya untuk kepentingan
dakwah.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Arti
penting sebuah media (wasilah) dalam proses dakwah tidak dapat dipungkiri lagi.
Permasalahanya sekarang terletak pada kemauan dan kejelian para da’i dalam
melihat media mana yang paling tepat dipakai berdasarkan kemampuanya sebagai
da’i maupun spesifikasi mad’u yang menjadi lahan garapannya.Dalam hal ini
Moh.Ali Azis menjelaskan bahwa pada dasarnya dakwah dapat menggunakan berbagai
wasilah yang dapat merangsang indra-indra manusia serta dapat menimbulkan
perhatian untuk menerima dakwah.Semakin tepat dan efektif wasilah yang dipakai
maka semakin efektif pula upaya pemahaman ajaran Islam pada masyarakat yang
menjadi sasaran dakwah. Pemakaian media (terutama media massa) telah
meningkatakan intensitas, kecepatan, dan jangkauan komunikasi yang dilakukan
umat manusia terutama
bila dibandingkan sebelum adanya media massa seperti pers, radio, televisi,
internet dan sebagainya. Oleh karena itu sudah seyogyanya bagi para da’i
memanfaatkan peluang ini dalam menyebarkan ajaran Islam.
B. SARAN
Makalah ini disajikan dengan
segudang kekurangan, oleh karenanya Saya berharap pengamatan yang teliti dari
pembaca terhadap sistematika pembahasan, gaya bahasa dan kesesuaian tema dan
isi dari makalah ini, sehingga menghasilkan saran dan keritikyang konstruktif
demi kesempurnaan makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
1. Anshari, Endang Saifuddin. 1979. Ilmu, Filsafat, dan Agama. Bandung:
PT Bina Ilmu.
2. Muhyidin, Asep dan Safei Agus Ahmad.
2002. Metode Pengembangan Dakwah.
Bandung: Pustaka Setia.
3. Tasmara, Toto.1998. Komunikasi Dakwah. Jakarta: Gaya
Media
4. Zahrah, Abu. 1994. Dakwah Islamiah. Bandung: PT. Remaja
Rosda Karya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar